Sabtu, 22 Januari 2011

IBU

Beliau tetap berusaha senang meskipun aku menyiksanya saat dalam kandungan, aku bisa merasakan senyum bangganya setelah aku melihat dunia, aku juga bisa merasakan masa balitaku banyak asupan organik, bukan tidak mau memberi gizi tapi memang tak mampu membeli, aku juga pernah melihat pundaknya mengeras bahkan terkelupas kulitnya, aku bisa merasakan saat aku di gendongnya

Aku masih ingat saat beliau menuntunku, memandikanku, menunjukkan jalan, membangunkanku, menyuapiku, menyuci bajuku, menutupi kekuranganku, mengajariku membaca, bahkan beliau tidak marah saat aku menangis dahsyat karena keinginanku tidak terpenuhi

Aku masih ingat diberikan ongkos bis untuk pergi sekolah, sementara beliau berjalan ke pasar dengan beban berat di gendongannya yang jaraknya dua kali lipat dari sekolahku

Aku masih ingat, beliau begitu kuat, begitu tegar saat surat tanah diatas rumah reot di sita oleh bank

Aku masih ingat saat beliau menengokku ke ibu kota, beliau tetap tersenyum bangga sekalipun tidur malamnya hanya di kursi, sementara aku & adiku di lantai, itupun di kantor bukan rumah kos.

Aku mampu membaca beliau tidak kecewa melihat pekerjaanku, bahkan saat kubelikan tiket bus ekonomi dengan sedikit uang untuk beli beras & beberpa potong lungsuran pakaian bekasku untuk bapak.

Aku masih ingat saat aku menikah, beliau begitu tenang dengan sedikit senyum sambil terus menunduk, aku bisa merasakan tak mampu berlama-lama menatapku, aku bisa melihat airmata suci mengalir saat aku membaca syahadat.

Aku masih ingat, beliau begitu gundah saat aku sakit, aku bisa merasakan kerutan pipinya menahan beban berat

Aku masih ingat, beliau terbaring sakit di tempat tidur bambu selama dua tahun, aku hanya sesekali menengoknya karena aku di ibu kota

Aku masih ingat, rumah sakit tak sudi lagi merawat orang sakit yang tidak punya duit, berita yang kuterima "aku sudah sehat, tenangkan pikiranmu, bekerjalah yang benar, jangan pernah mengecewakan orang yang memberimu amanah"

Aku masih ingat saat awal puasa ramadhan ada libur 3 hari, tanpa ada rencana apapun sebelumnya, sehabis subuh aku meluncur ke jatinegara membeli tiket kereta dan itupun baru pertama kali kulakukan, sekitar jam sembilan malam aku sampai di rumah mertua menemui istri & si kecil yg baru 4 bulan, kuputuskan besok pagi-2 sekali aku akan sowan beliau.

Seriring munculnya matahari aku bergegas menggendong anakku untuk menemui beliau, beberapa bungkusan kecil sy bawa sebagai oleh-oleh, karena jarak rumah mertuaku dan rumah beliau hanya beberapa rumah saja (pek nggo)

Aku masih ingat, ku buatkan susu kaleng, saya suapi kue...., saya pijit kakinya, saya usap kepalanya, saya peluk, saya cium........ aku larut dalam suasana yang tidak pernah kurasakan sebelumnya, tiba-tiba anakku menangis keras, uku bergegas menggedongnya, tp tetap menangis bahkan makin jadi....

Aku masih ingat, suara lirih beliau....."Le...muliho disik, putuku men nyusu sik, mengko reneho maneh"...., yo mak..., kataku sambil berlalu.........

===

Belum sampai rumah istriku menyusul, kakak iparku juga tergopoh-gopoh memangiilku....,setelah deket tidak mampu bicara, aku bisa mengeja maksudnya... "mbah ru... mbah ru... lik", segera kuberikan anakku yg kugendong pd istriku, aku berlari kencang menuju rumah ibuku...., di depan pintu aku menghentikan langkahku, aku hanya melihat wajah sedih bapakku, kulihat tubuh ibuku sudah terbujur kaku di tempat tidur, wajahnya sangat bening, nyaris tak kulihat kerutan yang pernah kulihat beberapa menit yang lalu saat aku mengusap kepalanya. ibuku telah di panggil pemilik roh...Innalillahi wainnailaihi roji'un.



Serta merta kakiku gemetar seolah tidak percaya melihat kejadian itu, terlihat jelas sedihku yang kurangkum dalam hati..., aku terlambat membahagiannya !, sekuat tenaga mencoba tetap tegar, namun tak mampu kakiku berdiri kokoh, aku duduk di lantai tanah di depan jasad ibuku, ku do'akan agar di ampuni dosanya, di terima amalnya, aku berjanji dalam hatiku..."aku berjanji dalam hati, aku akan memperlihatkan syurga di depan roh ibuku, kita akan menjadi penghuninya kelak, aku berjanji akan menjadi anak sholeh yang akan menjadi penghalang jika ibuku dimasukkan neraka"

===

Mak, Insya Allah aku kini telah tumbuh sempurna, telah dicukupkan rizki Allah, untuk kedua cucumu, istriku dan aku, aku hanya berbagi sedikit kepada bapak, kakak dan juga adik-2ku, kini berbahagialah engkau mak, karena kami sudah mampu berdiri kokoh tanpa saling menggantungkan hidup...., ini adalah salah satu didikanmu, kedua adikkupun sudah menikah yang Insya Allah, merekapun bangga atas engkau, cucu dari darah dagingmu kini sudah 7 orang, mereka pintar, cerdas, sehat..., kami bersyukur atas nikmat Allah ini.


Kami tidak mau berhayal jika engkau masih berada di tengah-tengah kami, kami tetap tawaduk terhadap semua nasehat dan ajaranmu. Mak, semoga engkau bangga dan bahagia melihat keadaan anak-anakmu, cucu-cucumu, untaian do'a selalu kami haturkan untuk mengantarkanmu ke pintu syurga dan menjadi penghuni abadi di dalamnya.


Setelah kurampungkan tulisan ini, kami sambil berbenah bermaksud berkunjung ke kampung halaman, mengenang masa-masa itu, mengunjungi makammu........semoga kami tambah bersyukur atas nikmat Allah.



This true story I present to my family and my work place....Happy Mother's Day

bayancilik



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

koment