Renungan

IBU

Beliau tetap berusaha senang meskipun aku menyiksanya saat dalam kandungan, aku bisa merasakan senyum bangganya setelah aku melihat dunia, aku juga bisa merasakan masa balitaku banyak asupan organik, bukan tidak mau memberi gizi tapi memang tak mampu membeli, aku juga pernah melihat pundaknya mengeras bahkan terkelupas kulitnya, aku bisa merasakan saat aku di gendongnya

Aku masih ingat saat beliau menuntunku, memandikanku, menunjukkan jalan, membangunkanku, menyuapiku, menyuci bajuku, menutupi kekuranganku, mengajariku membaca, bahkan beliau tidak marah saat aku menangis dahsyat karena keinginanku tidak terpenuhi

Aku masih ingat diberikan ongkos bis untuk pergi sekolah, sementara beliau berjalan ke pasar dengan beban berat di gendongannya yang jaraknya dua kali lipat dari sekolahku

Aku masih ingat, beliau begitu kuat, begitu tegar saat surat tanah diatas rumah reot di sita oleh bank

Aku masih ingat saat beliau menengokku ke ibu kota, beliau tetap tersenyum bangga sekalipun tidur malamnya hanya di kursi, sementara aku & adiku di lantai, itupun di kantor bukan rumah kos.

Aku mampu membaca beliau tidak kecewa melihat pekerjaanku, bahkan saat kubelikan tiket bus ekonomi dengan sedikit uang untuk beli beras & beberpa potong lungsuran pakaian bekasku untuk bapak.

Aku masih ingat saat aku menikah, beliau begitu tenang dengan sedikit senyum sambil terus menunduk, aku bisa merasakan tak mampu berlama-lama menatapku, aku bisa melihat airmata suci mengalir saat aku membaca syahadat.

Aku masih ingat, beliau begitu gundah saat aku sakit, aku bisa merasakan kerutan pipinya menahan beban berat

Aku masih ingat, beliau terbaring sakit di tempat tidur bambu selama dua tahun, aku hanya sesekali menengoknya karena aku di ibu kota

Aku masih ingat, rumah sakit tak sudi lagi merawat orang sakit yang tidak punya duit, berita yang kuterima "aku sudah sehat, tenangkan pikiranmu, bekerjalah yang benar, jangan pernah mengecewakan orang yang memberimu amanah"

Aku masih ingat saat awal puasa ramadhan ada libur 3 hari, tanpa ada rencana apapun sebelumnya, sehabis subuh aku meluncur ke jatinegara membeli tiket kereta dan itupun baru pertama kali kulakukan, sekitar jam sembilan malam aku sampai di rumah mertua menemui istri & si kecil yg baru 4 bulan, kuputuskan besok pagi-2 sekali aku akan sowan beliau.

Seriring munculnya matahari aku bergegas menggendong anakku untuk menemui beliau, beberapa bungkusan kecil sy bawa sebagai oleh-oleh, karena jarak rumah mertuaku dan rumah beliau hanya beberapa rumah saja (pek nggo)

Aku masih ingat, ku buatkan susu kaleng, saya suapi kue...., saya pijit kakinya, saya usap kepalanya, saya peluk, saya cium........ aku larut dalam suasana yang tidak pernah kurasakan sebelumnya, tiba-tiba anakku menangis keras, uku bergegas menggedongnya, tp tetap menangis bahkan makin jadi....

Aku masih ingat, suara lirih beliau....."Le...muliho disik, putuku men nyusu sik, mengko reneho maneh"...., yo mak..., kataku sambil berlalu.........

===

Belum sampai rumah istriku menyusul, kakak iparku juga tergopoh-gopoh memangiilku....,setelah deket tidak mampu bicara, aku bisa mengeja maksudnya... "mbah ru... mbah ru... lik", segera kuberikan anakku yg kugendong pd istriku, aku berlari kencang menuju rumah ibuku...., di depan pintu aku menghentikan langkahku, aku hanya melihat wajah sedih bapakku, kulihat tubuh ibuku sudah terbujur kaku di tempat tidur, wajahnya sangat bening, nyaris tak kulihat kerutan yang pernah kulihat beberapa menit yang lalu saat aku mengusap kepalanya. ibuku telah di panggil pemilik roh...Innalillahi wainnailaihi roji'un.



Serta merta kakiku gemetar seolah tidak percaya melihat kejadian itu, terlihat jelas sedihku yang kurangkum dalam hati..., aku terlambat membahagiannya !, sekuat tenaga mencoba tetap tegar, namun tak mampu kakiku berdiri kokoh, aku duduk di lantai tanah di depan jasad ibuku, ku do'akan agar di ampuni dosanya, di terima amalnya, aku berjanji dalam hatiku..."aku berjanji dalam hati, aku akan memperlihatkan syurga di depan roh ibuku, kita akan menjadi penghuninya kelak, aku berjanji akan menjadi anak sholeh yang akan menjadi penghalang jika ibuku dimasukkan neraka"

===

Mak, Insya Allah aku kini telah tumbuh sempurna, telah dicukupkan rizki Allah, untuk kedua cucumu, istriku dan aku, aku hanya berbagi sedikit kepada bapak, kakak dan juga adik-2ku, kini berbahagialah engkau mak, karena kami sudah mampu berdiri kokoh tanpa saling menggantungkan hidup...., ini adalah salah satu didikanmu, kedua adikkupun sudah menikah yang Insya Allah, merekapun bangga atas engkau, cucu dari darah dagingmu kini sudah 7 orang, mereka pintar, cerdas, sehat..., kami bersyukur atas nikmat Allah ini.


Kami tidak mau berhayal jika engkau masih berada di tengah-tengah kami, kami tetap tawaduk terhadap semua nasehat dan ajaranmu. Mak, semoga engkau bangga dan bahagia melihat keadaan anak-anakmu, cucu-cucumu, untaian do'a selalu kami haturkan untuk mengantarkanmu ke pintu syurga dan menjadi penghuni abadi di dalamnya.


Setelah kurampungkan tulisan ini, kami sambil berbenah bermaksud berkunjung ke kampung halaman, mengenang masa-masa itu, mengunjungi makammu........semoga kami tambah bersyukur atas nikmat Allah.

This true story I present to my family and my work place....Happy Mother's Day

bayancilik



AYAH

Perjuangan dan Tanggung Jawab Laki-Laki

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: “Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”

Dengan kerut kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-Laki.” Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :”Ibu mengapa wajah Ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-Laki yang benar benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.” Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

“Saat Ku-ciptakan Laki-Laki, aku membuatnya sebagai Pemimpin Keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan Keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar Keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. “

“Ku-ciptakan Bahunya yang Kekar & Berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh Keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh Keluarganya. “

“Ku-berikan Kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar Keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. “

“Ku-berikan Keperkasaan & Mental Baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi Keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi Keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi Keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Ku-berikan Kesabaran, Ketekunan serta Keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing Keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. “
“Ku-berikan Perasaan Keras dan Gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi Keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”

“Ku-berikan Kebijaksanaan & Kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Ku-berikan Kerutan diWajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-Laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-Laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. “

“Ku-berikan Kepada Laki-Laki Tanggung Jawab penuh sebagai Pemimpin Keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh Laki-Laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. ” AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH.”

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah…

kawan semua, mumpung kita yang masih punya orangtua, bahagiakan mereka, buat beliau tersenyum, karena kalo sudah taida mau gimana lagi…

With Love to All Father and Mother 


 SHALAT KHUSUK


Gerak Lisan: Rahasia Menggapai Shalat Khusyu
Author: Akhmad Tefurshalat www.sempurna.com

gerak lisan rahasia shalat khusyuGerak lisan untuk bacaan shalat, adalah salah satu rahasia shalat khusyu! Kesalahan yang tercatat oleh Abu Ubaidah Masyhur dalam bukunya “Koreksi Atas Kekeliruan Praktek Ibadah Shalat“, adalah tidak menggerakkan lisan ketika membaca bacaan shalat. Semua doa, dzikir dan takbir hanya dibaca dalam hati. Inilah kesalahan yang patut kita hindari.

Mengapa terjadi shalat ngebut, ruku secepat angin sujud secepat kilat? Ternyata penyebab utamanya adalah karena tidak menggerakkan lisan saat membaca doa! Ya, karena membaca doa yang seharusnya membutuhkan 20 detik jika dengan menggerakkan lisan, tapi dapat dicapai hanya dalam 3 detik saja jika membacanya di dalam hati. Betul, kan?

Membaca doa dengan menggerakkan lisan sampai terdengar telinga sendiri (tidak mengganggu konsentrasi orang lain), selain untuk menghindari shalat ngebut, tentu saja berfungsi untuk mempermudah meraih shalat khusyu. Sebab dengan cara ini, lisan, pendengaran, fikiran dan hati punya “kesibukan” untuk memperhatikan bacaan shalat, sehingga dapat mengurangi gangguan. Bacaan shalat akan lebih mudah dihayati dan lebih syahdu. Jika shalat ngebut, bagaimana mungkin bisa menghayati bacaan?

Gerakkan lisanmu untuk bacaan shalat sampai terdengar suara, maka…

* Lisan yang semula menganggur, sekarang bekerja untuk melafadzkan
* Telinga yang semula pasif, kini menjadi aktif untuk mendengarkan
* Fikiran yang semula melamun, dapat terpakai untuk memperhatikan
* Hati yang semula hampa, bisa menjadi syahdu karena menghayati

Gerakkan lisanmu untuk bacaan shalat, gapailah shalat khusyu. Cobalah!